Kloning dalam
biologi adalah proses menghasilkan individu-individu baru dari jenis yang sama
(reproduksi) yang identik secara genetik melalui rekayasa genetika. Kloning
merupakan proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam yang dialami
oleh banyak bakteri, serangga, cacing planaria, dan tanaman. Dalam
bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel, atau organisme. Kloning
diturunkan dari kata clone atau clon, dalam bahasa Inggris, yang juga dibentuk
dari kata bahasa Yunani, "klonos" yang berarti "cabang"
atau "ranting", merujuk pada penggunaan pertama dalam bidang
hortikultura sebagai bahan tanam dalam perbanyakan secara vegetatif.
Ian Wilmut,
Keith Campbell dan tim di Roslin Institute – Skotlandia berhasil mengkloning
Domba Dolly pada tahun 1996. Sebelumnya manusia telah berhasil mengkloning
kecebong (1952), Ikan (1963), Tikus (1986). Sejak keberhasilan kloning Domba
1996, muncullah hasil kloning lain pada Monyet (2000), Lembu “Gaur” (2001),
Sapi (2001), Kucing (2001) dan dikomersialkan pada 2004, Kuda (2003), Anjing,
serigala dan kerbau. Selain itu, beberapa lembaga riset telah berhasil
mengkloning bagian tubuh manusia seperti tangan. Kloning bagian tubuh manusia
dilakukan untuk kebutuhan medis, seperti tangan yang hilang karena kecelakaan
dapat dikloning baru, begitu juga jika terjadi ginjal yang rusak (gagal ginal).
Dan terakhir, ada dua berita pengkloningan manusia yakni Dokter Italia Kloning
Tiga Bayi dan Dr. Zavos Mulai Kloning Manusia.
Kloning Pada
Tumbuhan
Kloning pada
sel tumbuhan (baik dari akar, batang, dan daun) bisa dilakukan dengan cara
memotong organ tumbuhan yang di-inginkan. Lalu kita mencari eksplan, mengambil
selnya dan memindahkan ke media berisi nutrisi agar cepat tumbuh. Eksplan ini
akan menggumpal menjadi gumpalan yang bernama kalus. Kalus adalah cikal bakal
akar, batang, dan daun. Kalus kemudian ditanam di media tanah dan akan menjadi
sebuah tanaman baru.
Kloning pada
tumbuhan disebut juga kultur jaringan, yaitu suatu teknik untuk mengisolasi,
sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada
nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman sempurna kembali.
Ada dua teori
dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama adalah teori bahwa
sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama
dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang kedua adalah teori
totipotensi sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel yang memiliki
potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi suatu
tanaman lengkap.
Dalam kultur
jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi tumbuhannya, yaitu
:
1.
Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro,
seperti pucuk adventif atau embrio somatiknya.
2.
Eksplan, yaitu bagian tanaman yang
digunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Yang penting dalam
eksplan ini adalah factor varietas, umur, dan jenis kelaminnya. Bagian yang
sering menjadi ekspan adalah pucuk muda, kotiledon, embrio, dan
sebagainya.
3.
Media tumbuh, karena di dalam media
tumbuh terkandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk
fisik media.
4.
Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan zat ini adalah konsentrasi, urutan
penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu.
Kloning
Pada Hewan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar